|

anu, aku akan mulai dengan keindahan yang sederhana.
seperti yang kuhadapi saat itu...

bisakah kamu bayangkan tentang keindahan sederhana yang muncul dari seorang makhluk berwujud perempuan muda, cantik, sedang berbicara menceritakan sebagian kecil kehidupannya dengan semangat keceriaan yang menggebu-gebu, yang mana seakan-akan seluruh kecerian yang ada di alam semesta berkumpul di dalam dirinya, diselingi senyuman kecil tapi penuh makna, dan juga sekali-kali menyeringai lugu. yang membuat siapapun yang menatapnya seperti tersihir dan akhirnya membatu.

kalau kamu bilang, tidak ada yang melebihi keindahan sebuah adegan dimana kamu bergumul dengan pasir di pinggir pantai saat senja, menikmati debur ombak sebagai melodi pengiring perpisahan sakral matahari dan bumi di ufuk barat yang sedang melebur dengan jingga. ataupun keadaan dimana kamu berada di puncak gunung, menikmati suguhan lekuk-lekuk permukaan tubuh bumi yang elok dengan bentuk tak ter-strukturnya.

semua itu belum begitu indah, aku kira.
dibanding keindahan sederhana yang muncul dari makhluk di hadapanku saat itu...

|

RANCU

sampai mati, hanya ada satu aku dan satu dirimu.

rancu. membuat gelisah. tidak bisa tidur. tapi toh aku sudah ada bersamamu sepanjang jalan.

misterius tapi tetap romantis. mungkin itu jodoh.

aku terus mencatat. aku mencatat begitu banyak perbedaan. menarik nafas. meneliti ulang catatanku.

aku hanya sedang berkonspirasi. berpikir darimana segala perbedaan yang begitu banyak. tapi toh kita bisa bersama.

aku tidak akan pakai otakku yang hanya sebesar bakpau ini, untuk berpikir soal jodoh. karena sungguh, aku tidak akan mampu.

Tuhan itu super kreatif. Dia pasti memiliki stock rusuk dengan berbagai bentuk di Surga. tergeletak di mana-mana.

ada ketertarikan fana. yang membawa cinta kepada kekekalan. mungkinkah itu jodoh?

ada keseimbangan yang melekat, seperti jembatan. yang entah kenapa menyambungkan.

ada ketidaksamaan yang tidak bisa kau ubah sampai mati. tapi tetap saling menyayangi sampai mati.

seperti kecoa dengan closet.

aku menemukan makna di balik keberantakan. kau menemukan makna di balik kesistematisan.

aku penggila kopi dan hidup hitam seperti cairannya. kau yang penggila air putih dan cairan bening di dalamnya.

aku yang malas mandi. kau yang mandi plis-atuh-lah.

aku yang berpuisi. kau yang apa-puisi-plis-atuh-lah.

perbedaan seperti endapan kopi, biarkan pahitnya melebur ke lapisan yang paling bawah. ketika kau menyicipnya, anggaplah itu suatu kenikmatan.

seperti kopi tubruk, aku suka. aku suka endapannya. aku suka pahitnya. tapi meminumnya tetap keputusan.

dan banyak sekali urusan cinta, yang harus 'berhenti' di tengah jalan karena perbedaan. terlalu dungu.

sayang sekali, banyak perkara cinta yang harus berurusan dengan KTP. padahal tidak nyambung. kalau begitu, bakar KTP.

kekekalan justru terjadi, ketika kau berani mati untuk perbedaan. itu cinta.

atau mungkin mencinta, tanpa harus bertanya, "kenapa?" itu lebih kekal.

sesungguhnya, setiap kita berbeda sampai mati. jadi tidak usahlah disamakan. mencinta dalam perbedaan lebih indah.

tapi kalau masih mengurusi 'perbedaan' dalam urusan mencinta. begitu ruginya dirimu.

lalu, kemudian kita mulai menyalahkan Tuhan dengan segala perbedaan. hey, tahukah kau, Tuhan pun tak beragama.

sayang, agamamu apa? rasmu apa? kenapa kita tidak mencinta saja, tanpa embel-embel brengsek itu.

kalau yang berbeda, itu berjodoh, kau pasti menyesal.

toh, aku tidak butuh persetujuanmu untuk melayangkan ide ini.

sekian dan terima kasih.







-Perempuan Sore-

|















beliau ini : 

santri tanpa sarung 
haji tanpa peci
kiai tanpa sorban
dai tanpa mimbar
mursyid tanpa tarekat
sarjana tanpa wisuda
guru tanpa sekolahan
aktivis tanpa LSM
pendemo tanpa spanduk
politisi tanpa partai
wakil rakyat tanpa dewan
pemberontak tanpa senjata
ksatria tanpa kuda
saudara tanpa hubungan darah

sugeng ambal warso Cak Nun
salam hormat . . .