|

PANGKUR KESADARAN

tentang manusia yang penuh dosa
kadang wanita dijadikannya tuan
kadang harta dijadikannya tuhan
dia yang hidup di dalam cerminku
keparat bangsat bernama aku


|

OBITUARI HITAM

Tentang seseorang, yang telah lama mati
Yang jangan sebut ia almarhum
Karena almarhum berarti yang dihormati
Jangan kasih di depan namanya kata mendiang
Karena gelar itu hanya tepat
Diperuntukkan bagi orang-orang terhormat
Tentang seseorang, yang kusesalkan
Yang amat sangat mendalam kusesalkan
Kukejar bangkai itu sampaipun ke aras yang paling gaib
Takkan kudoakan agar ia masuk neraka
Bukan karena memang ia sudah pasti masuk neraka
Tetapi karena bahkan neraka wail, neraka paling jahanam
Takkan membiarkan kehormatannya untuk dihuni oleh kehinaannya
Tak ada manusia seterkutuk ia
Takkan kulaknat ia karena mulutku mahal
Dan takkan kumurah-murahkan dengan melaknatnya
Tak kan kuizinkan bersentuhan dengan bangkai macam ia
Terkadang aku menyesal telah membunuhnya
Bukan karena rasa eman atas kematiannya
Tetapi karena terlanjur mengotori tanganku
Dengan darah anjing yang menjijikkan
Tanpa pernah bisa kucuci sepanjang zaman
Wahai langit
Aku tahu telah kau buang ia dari pelataranmu yang suci
Dan tak kan kau terima kembali
Telah kau campakkan kehinaan itu ke bumi
Kau usir dari peta takdir dan konstelasi
Tapi kenapa, wahai langit
Kenapa kau pilih bumi untuk membuang tinja penciptaan
Ada milyaran planet yang lain di bulatan semesta
Kenapa kau pilih dunia
Bagi ia makhluk serakah
Ia yang darahnya adalah kedengkian
Yang setiap nafasnya adalah kebencian
Yang seluruh perjalanannya adalah kegelapan
Wahai langit
Tuhan di mana
Malaikat dan ruh-ruh sejati di mana
Sehingga tak kau mintai pertimbangan
Sebelum si bajingan itu ke sini kau kirimkan
Aku pejuang cinta
Tapi maaf-maaf, tidak untuk ia
Kurebut kemerdekaan
Kusebar kebebasan
Kecuali untuk Ia
Aku peneguh keadilan
Tapi untuk mendapatkannya, ia sungguh tidak pantas
Hatiku lemah
Ia bakteri virus kuman
Yang keburukannya menciptakan rerasanan-rerasanan
Ia harus dilenyapkan
Aku terpaksa membunuhnya
Tidak. Tidak terpaksa membunuhnya
Aku bangga membunuhnya
Aku bangga setiap hari membunuhnya
Aku bangga setiap detik aku membunuhnya
Aku bangga membunuh keserakahan
Aku bangga membunuh keculasan
Aku bangga membunuh kemunafikan
Aku bangga membunuh ketidakjujuran
Aku bangga membunuh asu bajingan
Aku tidak menyesal membunuhnya
Aku senang membunuhnya
Aku riang gembira membunuhnya
Aku lapar dahaga membunuhnya
Ideologiku adalah membunuh ia
Kubunuh suatu hari ia dengan pisauku
Kubunuh di hari berikutnya ia dengan pistolku
Kubunuh pada hari lain ia dengan kata-kataku
Kubunuh di saat berikutnya dengan penaku
Kubunuh ia dengan imajinasiku
Kutenung ia, Kusantet, kulemparkan kepadanya tombak api
Dan pada suatu hari kujumpai ia di jalan
Lalu kubakar, agar tak pernah lagi ada ia
Bahkan jangan pernah melintas meskipun sekedar dalam ingatan
Maka debu sisa tubuhnya aku bungkus dengan kain busuk
Kubawa ke laut selatan, kularung
Tenggelam, ludas, larut dalam air samudera
Aku yakin penguasa Laut Selatan juga akan mengusirnya
Dan itu sepadan dengan dosa-dosanya
Sekarang hatiku lega, tetapi aku terus siap berlaga
Karena jika kupandang biru laut selatan
Terbawa olehnya ingatanku kepada wajah dan nama si bangkai
Besok akan kukeringkan itu samudera
Agar benar-benar sirna itu bangkai yang bernama NAMAKU SENDIRI .