LIBURAN
apa sesungguhnya sejatinya makna liburan? menghabiskan uang? ya, tentu. liburan biasanya memerlukan uang. tapi saya tak setuju menyebutnya 'menghabiskan', karena menghabiskan berarti tidak menukarnya dengan apapun juga. dan menurut saya tidak ada apapun yang tidak ditukar dengan apapun. tidak ada satu hal di dunia ini yang memberi saja atau menerima saja. guru yang tidak dibayar sekalipun, sesungguhnya ia mendapat kebahagian dari apa yang sudah ia berikan. dan apalah artinya uang yang saya habiskan di setiap liburan menemukan fungsinya yang sejati, kecuali ditukar dengan pengalaman.
pengalaman adalah hal yang membuat manusia menemukan dinamikanya. Tuhan menciptakan manusia berumur terbatas. sehingga masing-masing manusia tak mungkin menjelajahi keseluruhan dari dunia. namun Tuhan juga menciptakan kelima indra bersama memori untuk menyimpan ingatan. sehingga apa yang dilihat, bisa dibagi ke orang lain yang tidak mengalami. itulah indahnya kehidupan ini, salah satunya. artinya, apakah itu makna liburan, selain demi kita menyerap pengalaman agar dibagi pada yang lainnya? bahwa sesungguhnya kita menukar uang kita untuk memperkaya pandangan manusia satu dengan manusia lain?
selain itu apa artinya sebuah liburan juga, jika bukan untuk mengambil jarak dari keseharian. juga untuk berkontemplasi meneropong kehidupan dari kejauhan. untuk beristirahat sejenak dari yang menyibukkan. maka jika liburan malah menjadi bertambah tekanan, maka tinggalkan saja. dalam liburan tiada tuntutan, sangat sah jika kamu hanya tiduran seharian. tidak perlu khawatir akan tuntutan jalan-jalan, dalam liburan akhirnya kamu punya momen dimana kehidupanmu boleh-boleh saja tak bertujuan.
menyadari bahwa manusia itu dalam kegilaan yang nyata. bahwa rutinitas bisa membunuh kesadaran. maka dari itu, sekali-kali manusia memang butuh sesuatu bernama liburan sebagai spasi. tapi mesti pandailah kita mengatur liburan, jangan sampai liburan juga menjadi suatu rutinitas yang baru. jika itu terjadi, kegilaan pangkat dua itu namanya. mungkin, memang ada kalanya yang kita lakukan atau pikirkan itu tak semuanya harus hal "penting". "bersiul itu pun tidak penting, tapi toh menyenangkan", demikian kata Goenawan Mohamad. yang paling penting adalah, bagaimana kita malah mendapat "hal penting" dari setiap "hal tidak penting".
"pandai-pandailah mengambil makna dari sesuatu, sesuatu apapun itu". kata Emha Ainun Nadjib.
0 uneg - uneg:
Posting Komentar