|

SAAT MENGANGKASA

saya akan bercerita sebuah pengalaman saat saya mengangkasa ke langit atas sana. saat naik pesawat maksudnya.

pesawat lepas landas, naik mencium awan menuju langit. ketika tiba di atas, saya menengok ke bawah. yang terlihat cuma warna biru dan hijau. saya bertanya. dimanakah manusia? pastinya ada di bawah sana, kecil tak kelihatan. manakah yang namanya negara? ada juga pasti, jika dilihat dari peta. tapi tidak dari atas sini. garis-garis perbatasan itu tidak ada dari atas sini. semua kelihatan sama saja.

dimanakah itu bangsa, negara, suku, agama, bahasa, serta semua yang selama ini terkadang manusia agung-agungkan sampai dengan cara mengangkat senjata? kenapa saya tak melihatnya jika dari sini? mana itu perdebatan tak berujung antara kapitalisme-sosialisme, juga rasionalisme-empirisme? mana itu konflik berebut harta warisan, adu politik kursi pemerintahan, timbun menimbun uang di bank, demo buruh, dan lain-lainnya? dimanakah itu kejayaan, kekuasaan, keadilan, dan kebebasan?

dimana?

Tuhan, tunjukkan padaku. dari atas sini, mana itu band keren bernama The Beatles? apa itu budaya anak gaul dan anak alay? atau non-mainstream yang dipuja para Hipster? mana itu orang Jerman? mana itu orang Cina? mana itu orang Arab? mana itu orang Negro? mana itu orang Yahudi? mana itu orang Jawa? mana Suni, mana Syiah?

dimana? 

mana juga itu yang namanya waktu? sepertinya sayalah yang sedang mengayuh mendatangi senja, bukan menanti senja menutup hari sementara saya diam meringkuk di bawah selimut sendiri.  

semua biru. semua hijau. semua hitam. semua putih. semua akan jadi abu.


















|

F[a]ILSAFAT KOSONG

"cil, aku pikir Aristoteles telah salah"

"hah? salah gimana? ngelindur kamu? mbok ngaca! kamu itu siapa sok ngomong kayak gitu"

"namanya juga pendapat. pendapat itu upaya manusia memberi makna terhadap sesuatu yg ada. semua manusia boleh berpendapat"

"terserah kamu lah. terus maksudmu apa?"
 
"gini lo, cil. kata dia tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan"
 
"lah, kan bener"
 
"yang namanya kebahagiaan ya diciptakan to, cil. ngapain dicari-cari, mau dicari kemana emangnya?"
 
"diciptakan gimana? jangan ngawur kamu! ga usah sok berfilsafat!"
 
"bahagia atau tidak itu bukan disebabkan oleh hal di luar dirimu, kamulah penentunya"
  
"hah?"
 
"iya, cil. sebenarnya rasa bahagia, juga marah, sedih, senang dan lain-lain itu berasal dari dalam dirimu sendiri. caramu mengendalikan gejolak hatimu itu yang jadi kunci. hati bertapa, tidak kemana-mana"
 
"malah sok bersufi-sufi kamu!"
 
"hahahahahahaha"
 
"kenapa tertawa?"
 
"ga tau"
 
"gila!"
 
"di dunia yang semua manusianya telanjang, manusia yang berpakaian akan dianggap gila"
 
"hah? apaan maksudnya?! kamu ini lagi ga sadar ya?"
 
"aku sadar"
 
"kamu benar-benar sedang tidak gila?"
 
"tidak"
 
"ya sudah"
 
"lah?!"
 
"kita ini ngobrol apa sebenarnya dari tadi?"
 
"ga tau, cil"
 
"nah!"
 
"hahahahahahaha"
 
"dasar, wong gendeng!!!!"
 
"tak apa, cil. bukannya kata Socrates, orang bijak adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu apa-apa"
 
"bener juga dia. siapa itu Socrates? temenmu?"
 
"nah! hahahahahahaha"

|


PERANG PALING BESAR ADALAH PERANG MELAWAN DIRI SENDIRI
MUHAMMAD SAW —

|

ATTICUS FINCH

"yang sama jangan dibeda-bedakan. yang beda jangan disamakan",

kalimat dari Gus Dur ini langsung terlintas di benak saya setelah menutup lembar terakhir buku yang berjudul To Kill a Mockingbird. kisah yang indah, sangat beruntung saya mendapat buku karangan Harper Lee ini dengan harga dua puluh ribu rupiah saja di tumpukan obral buku di salah satu toko buku di kota saya. hanya beberapa jam setelah selesai membaca bukunya, saya menyambangi filmnya dengan judul yang sama. film yang digarap tahun 1962 (dua tahun setelah bukunya terbit) itu menguatkan gambaran saya tentang seorang tokoh bernama Atticus Finch.

Atticus Finch adalah tokoh sentral dalam buku ini. pengacara sekaligus orang tua tunggal bagi dua anaknya yang masih kecil-kecil. filmnya menurut saya sukses menggambarkan figur Atticus Finch ke tampilan visual. penampilan Gregory Peck begitu karismatik dan tidak jauh seperti apa yang ada di imajinasi saya.


yang cukup disoroti dari tokoh Atticus Finch tentu adalah sebagai pengacara yang membela orang kulit hitam bernama Tom Robinson. dimana ia menerima resiko digunjing, dikecam, dan dibenci oleh hampir seluruh penduduk karena pembelaannya itu. wajar jika ia dan anak-anaknya merasa terdesak, karena mereka tinggal di suatu kota kecil bernama Maycomb yang hampir penduduknya satu sama lain saling mengenal.

apa yang saya dapat dari sosok Atticus Finch bukanlah semata-mata keteguhannya membela kaum minoritas meski berada di bawah tekanan. namun saya kagum pada bagaimana caranya membagi peran antara pekerjaan dan keluarga. ia membesarkan kedua anaknya yang sedang rajin-rajinnya bertanya macam-macam, dengan kasih sayang seorang ibu. ia mengajari kedua anaknya yang bernama Jem dan Scout membaca, menemani mereka menjelang tidur, dan sekaligus juga harus rela menjadi tontonan kedua anaknya ketika wajahnya diludahi seorang penduduk Maycomb. demi menjaga anak-anaknya dari pemandangan masa kecil yang kurang sedap, ia hanya menyapu mukanya dan berusaha tetap tegar tanpa melawan.

Atticus Finch, bagi saya menjadi suatu gambaran bagaimana ternyata menyesuaikan diri untuk menjalani multiperan dalam berbagai situasi adalah kebijaksanaan tersendiri. manusia tidak bisa jadi pengacara saja, bapak saja, anak saja, kawan saja, sahabat saja, orang baik saja, “penjahat” saja. ia memiliki seluruh peran itu sekaligus, dan pada akhirnya tergantung kebijaksanaan kita mau membuka katup yang mana untuk situasi yang mana.

selain tokoh Atticus Finch, banyak sekali dialog-dialog dan suatu sudut pandang dari tokoh-tokoh lain di buku To Kill a Mockingbird ini yang menurut saya sangat menarik. kisah di buku ini mengajarkan bahwa kehidupan tidak selalu tentang hitam dan putih. pantas-pantas saja kalau buku ini oleh beberapa majalah dinobatkan menempati peringkat teratas setelah Al-Quran dan Injil dalam daftar ‘buku yang harus dibaca seseorang sebelum ia meninggal’. 


"kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya. hingga kau menyusup ke alam pikirannya, dan menjalani hidup dengan caranya". Atticus Finch

|

SAVE THE EARTH?

"save the earth? what? are these people kidding me? there is nothing wrong with the earth"

pernyataan dari komedian George Carlin ini menurut saya cukup menarik, menggelitik kalimat semboyan 'save the earth' yang biasanya terpampang dimana-mana saat hari bumi yang diperingati setiap 22 april. 

mungkin ada benarnya juga pernyataan tersebut. manusia tidak perlu takut bumi akan rusak. saya pernah membaca, karena bumi punya kemampuan memulihkan diri, peradaban manusialah yang tidak. maksud memulihkan diri disini, bumi akan selalu mampu bergerak dari suatu keadaan ekstrim menuju titik keseimbangan baru. seharusnya yang patut di khawatirkan adalah bila manusia terlalu ekstrim ketika "memakai" bumi, mungkin bumi ini akan memunahkan manusia agar dia kembali stabil.

dilihat dari sejarahnya, bumi yang sudah berumur kira-kira 4 miliar tahun ini sudah mengalami banyak keadaan ekstrim. antara lain yaitu suhu bumi pernah jauh lebih panas dibandingkan sekarang, juga pernah jauh lebih dingin. bumi pernah juga mengalami keadaan dipenuhi CO2 berpuluh kali lebih pekat dari saat ini, juga pernah mengandung O2 hingga tingkat beracun. bahkan bumi pernah kejatuhan asteroid yang energinya melebihi seluruh senjata nuklir yang pernah ada sekalipun. pada keadaan ekstrim seperti itu manusia akan punah, tapi bumi selalu bisa pulih berkali-kali.

save the earth? it's less precise i think. we need to save ourselves. save the human race. earth is stronger. 

|

Manusia :   kenapa saya, Tuhan?


Tuhan   :   kenapa bukan kamu?

|

16.04.12 

Tuhan, aku mohon ampun bilamana membuatmu bosan
karena lagi, lagi, dan lagi, berkali-kali tak pernah berhenti
meminta engkau untuk selalu menjaga dia
aku mohon dengan sangat, Tuhan
mohon dengan sangat
mohon dengan sangat.